Sabtu, 08 Agustus 2009

Sejarah Singkat Teori Evolusi - Keruntuhan Teori Evolusi [II]

Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dgn keyakinan dogmatis yg berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan. Akan tetapi bukan filsafat pagan kuno ini yg telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yg mempelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yg telah diciptakan oleh Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli astronomi seperti Leonardo da Vinci Copernicus Keppler dan Galileo bapak palentologi; Cuvier perintis botani dan zoologi Linnaeus dan Isaac Newton yg dijuluki sebagai “ilmuwan terbesar yg pernah ada” semua mempelajari ilmu pengetahuan dgn tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan tetapi juga bahwa keselurohan alam semesta adl hasil ciptaan-Nya. Albert Einstein yg dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita adl seorang ilmuwan yg mempercayai Tuhan dan menyatakan “Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang.” Salah seorang pendiri fisika modern dokter asal Jerman Max Planck mengatakan bahwa tiap orang yg mempelajari ilmu pengetahuan dgn sungguh-sungguh akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata “berimanlah”. Keimanan adl atribut penting seorang ilmuwan. Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yg muncul bersamaan dgn kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya paham materialisme berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu hidup atau tidak hidup muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yg kemudian mencapai kondisi teratur. AKan tetapi akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yg mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis yg bertentangan dgn karakteristik paling mendasar akal manusia ini memunculkan teori evolusi di pertengahan abad ke-19. Khayalan Darwin Orang yg mengemukakan teori evolusi sebagaimana yg dipertahankan dewasa ini adl seorang naturalis amatir dari Inggris Charles Robert Darwin. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dgn sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle yg berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paroh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan tetapi berasal dari nenek moyang yg sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam. Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau peneliteian ilmiah apa pun tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yg beradaptasi pada habitat mereka dgn cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yg menguntungkan ini lama kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yg sama sekali berbeda dgn nenek moyangnya . Menurut Darwin manusia adl hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Ia mengira telah menemukan “asal-usul spesies” suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia memublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yg berjudul The Origin of Spesies By Means of Natural Selection pada tahun 1859. Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab Difficulties of the Theory. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yg sangat tidak memadai utk sebuah kesulitan tersebut. Seorang ahli Fisika Amerika Lipson mengomentari “kesulitan-kesulitan” Darwin tersebut “Ketika membaca The Origin of Spesies saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yg sering dikatakan orang tentangnya; bab Difficulties of The Theory misalnya menunjukkan keragu-raguannya yg cukup besar. Sebagai seorang fisikawan saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk.” Saat menyusun teorinya Darwin terkesan dgn para ahli biologi evolusionis sebelumnya terutama seorang ahli biologi Prancis Lamarck. Menurut Lamark makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yg mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh jerapah berevolusi dari binatang yg menyerupai antelop. Perubahan ini terjadi dgn memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yg lbh tinggi utk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang “pewarisan sifat-sifat yg diperoleh” sebagai faktor yg menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Namun Darwin dan Lamarck telah keliru sebab pada masa mereka kehidupan hanya dapat dipelajari dgn teknologi yg sangat primitif dan pada tahap yg sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia belum ada sekalipun hanya nama. Karena itu teori mereka harus bergantung sepenuhnya pada kekuatan imajinasi. Pada saat gema buku Darwin tengah berkumandang seorang ahli botana Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19 penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an penemuan struktur molekul DNA yg berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adl kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yg diajukan Darwin. Perkembangan ini mestinya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi krn ada kelompok-kelompok tertentu yg bersikeras merivisi memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan idiologis bukan sekadari kepentingan ilmiah. Usaha Putus Asa Neodarwinisme Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis krn hukum-hukum genetika yg ditemukan pada perempatan pertama abad ke-20. Meskipun demikian sekelompok ilmuwan yg bertekat bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yg diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky; ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley; ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen; ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewal Right setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara utk “menambali” sulam darwinisme. Kader-kader ini berfokus pada pertanyaan tentang asal-usul variasi menguntungkan yg diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi-sebuah masalah yg tidak bisa dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dgn bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adl “mutasi acak”. Mereka menamakan teori baru ini “Teori Evolusi Sintesis Modern” yg dirumuskan dgn manambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat teori ini dikenal sebagai neodarwinisme dan mereka yg mengemukakan ini disebut neodarwinis. Beberapa dekade berikutnya era perjuangan berat utk membuktika kebenaran neodarwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi atau “kecelakaan” yg terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neodarwinis berupaya memberikan contoh “mutasi yg menguntungkan” dgn melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir dgn kegagalan total. Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif seperti yg diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yg bertujuan membutktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein yg merupakan molekul penyusun kehidupan dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel yg menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali tidak dapat disintesis oleh laboratorium-labotarium abad ke-20 yg tercanggih sekalipun. Teori neodarwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yg diasumsikan teori neodarwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lbh maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yg diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yg sangat berbeda sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya. Neodarwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah tetapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut sebagai semacam “agama”. Oleh krn itu pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi ada satu hal yg mereka sendiri tidak sependapat yaitu model evolusi mana yg “benar” dari sekian banyak model yg diajukan. Salah satu terpenting dari model-model tersebut adl sebuah skenario fantastis yg disebut “punctuated equilibrium” Coba-Coba Punctuated Equilibrium Sebagian ilmuwan yg mempercayai teori evolusi menerima teori neodarwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini telah dikemukakan sebuah model lain yg dinamakan “puntuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yg terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya model ini menyatakan evolusi terjadi dalam “loncatan” besar yg diskontinu. Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya dua orang ahli paleontologi Amerika Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould sangat sadar bahwa pernyataan neodarwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neodarwinis senantiasa berhadap bahwa bentuk peralihan yg hilang suatu hari akan ditemukan. Eldrede dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yg disebut puntuated equilibrium tadi. Inilah model yg menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba. Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh O.H. Shindewolf seorang ahli paleontologi dari Eropa yg merintis jalan bagi Eldredge dan Gould menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil sebagai “mutasi besar-besaran” yakni akibat “kecelakaan” besar yg terjadi pada struktur gen. Menurut teori tersebut seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluroh secara tiba-tiba. Pernyataan yg sama sekali bertentangan dgn hukum-hukum genetika biofisika dan biokimia ini sama ilmiahnya dgn dongen katak yg menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan krn pandangan neodarwinis terpuruk dalam krisis sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini teori baru yg bahkan lbh ganjil daripada neodarwinisme itu sendiri. Satu-satunya tujuan model ini adl memberi penjelasan utk mengisi celah dalam catatan fosil yg tidak dapat dijelaskan model neodarwinis. Namun usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dgn pernyataan bahwa “seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil” sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi genetis yg menguntungkan. AKan tetapi tidak ada mutasi yg memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian “mutasi besar-besaran” yg digambarkan oleh model puntuated equlibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan “besar-besaran” pada informasi genetis. Lebih jauh lagi model puntuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul krn ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan pernyataan serupa yg menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yg muncul secara kebetulan perdebatan mengenai apakah organisme yg terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara “tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk akal. Kendati demikian neodarwinisme masih menjadi model yg terlintas dalam pikiran ketika “evolusi” menjadi pokok perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya kita akan melihat dua mekanisme rekaan model neodarwinis kemudian memeriksa catatan fosil utk menguji model saat ini. Setelah itu kita akan membahas pertanyaan tentang asal usul kehidupan yg menggugurkan model neodarwinis dan semua model evolusionis lain seperti “evolusi dgn lompatan” . Sebelumnya ada baiknya mengingatkan pembaca bahwa fakta yg akan kita hadapi di tiap tahap adl bahwa skenario evolusi merupakan sebuah dongeng belaka kebohongan besar yg sama sekali bertentangan dgn dunia nyata. Ini adl sebuah skenario yg telah digunakan utk membohongi dunia selama 140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir usaha kontinu yg mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil. Sumber The Evolution Deceit Harun YahyaDiterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Dzikra

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com